Rabu, 28 Mei 2008

Pencapaian Sebuah Cita-Cita


Written by : Sabeum Deasy, Dragon Solo

Cita-cita, yah dua kata pendek yang terdiri dari 8 huruf yang seringkali ditanyakan manakala kita kecil. “Besok kalo sudah besar cita-cita nya Adik pengen jadi apa?” pertanyaan itulah yang senantiasa dilontarkan para orang tua yang “meng-interview” seorang anak. Sederhana memang jawab nya ‘saya pengen jadi presiden, pilot, polisi, tentara, dokter.” Serta berbagai jawaban lain yang kadang membuat orang tua tersenyum bangga, namun jawaban-jawaban itu hanya sedikit yang dianggap sebagai suatu keseriusan.
Seiring bertambahnya waktu serta usia seorang anak, mulailah kata “Cita-Cita” menjadi suatu kata yang sulit di jawab. Bukan hanya karena tanggung jawab atas apa yang di ungkapkan namun juga perjuangan yang harus ditenpuh untuk mewujudkan “Cita-cita” itulah yang juga dipikirkan sebelum seseorang menjawab pertanyaan. “Cita-Cita” menjadi jarang diungkapkan oleh seseorang manakala sudah melihat kenyataan hidup yang kadang justru bertentangan dengan hal-hal yang selalu diimpikan di masa kecil. Selain itu ketika seseorang yang telah menghadapi kenyataan bahwa “Cita-Cita” masa kecilnya tidak dapat tercapai, maka seseorang lebih suka mengganti “Cita-Cita”nya.
Pada masa inilah, seseorang menjadi terlihat nilai-nilai perjuangannya. Perjuangan untuk mewujudkan “Cita-Cita” yang memang benar diimpikannya, bukan sekedar “Cita-cita” sebagai isi kolom pertanyaan. Bahwa tidak selalu yang kita harapkan menjadi kenyataan, bahwa apa yang kita inginkan harus diraih dengan usaha dan pengorbanan, bahwa kita harus mampu membangun diri manakala kita jatuh saat menggapai sebuah ‘Ciat-Cita”. Hidup adalah pilihan, memilih untuk menggapai “Cita-cita” atau mengubur “Cita-Cita” namun sebuah pilihan pun juga memuat konsekuensi yang bertentangan pula. Mereka yang memilih untuk menggapai “Cita-Cita” tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya bahkan tak jarang mereka akan mengorbankan darah dan airmata serta menghalalkan segala cara demi pencapaiannya, namun sebaliknya bagi mereka yang lebih memilih mengubur “Cita-cita” akan melakukan hal lain yang dipandang mampu mengobati kekecewaannya.
Namun satu hal yang tak dapat dilupakan bahwa ada segelintir orang yang menganggap hidup tidaklah adil, yah karena mereka telah berupaya sekuat tenaga mengorbankan segalanya demi “Cita-Cita” bahkan melakukan segala cara, rela berjuang tanpa mengenal waktu, tenaga dan uang namun tetap saja tidak sampai pada tujuannya dan yang lebih ironis lagi bahwa “Cita-Cita” mereka direnggut di depan orang yang justru mereka pandang tidak pantas untuk menyandang “Cita-Cita” tersebut. Tidak ada yang bisa disalahkan dalam keadaan ini, memang diatas segala daya dan upaya manusia masih ada Tuhan Yang Maha Kuasa yang lebih berkuasa atas apa yang menimpa seorang anak manusia, namun dengan kekuatan hati yang telah ditempa oleh cobaan akan mampu menghadapi kemungkinan buruk sekalipun yang diakibatkan oleh sesuatu yang bernama “Cita-Cita”.
Sekarang satu hal yang bisa dilakukan seseorang terkait dengan hal “Cita-Cita”, tidak selalu ‘Cita-Cita” identik dengan melakukan hal-hal yang besar. Mulailah membuat “Cita-Cita” dari hal-hal yang sederhana namun konkret seperti memiliki ‘Cita-Cita” untuk membahagiakan orang tua yang memang senantiasa menjadi orang pertama yang ada ketika kita sedang berada pada satu keadaan sengsara sekalipun, membalas kebaikan orang yang pernah begitu berjasa pada kita. Satu hal ‘Cita-Cita” yang begitu mulia adalah mampu menghapus duka di hati orang terdekat kita. Karena melihat senyum orang yang kita sayangi adalah ‘Cita-Cita” terbesar dalam hidup yang mampu memberikan kebahagiaan abadi yang tidak dapat tergantikan dengan apapun.

(Tulisan ini saya persembahkan untuk orang tua serta orang di sekeliling saya yang telah begitu menyayangi saya)

Sabtu, 24 Mei 2008

About Me...

Hi ......welcome to my blog!
Buat anak2 hukum ato anak taekwondo....di Solo pastinya!!
silakan add ke e-mailku kalo ada info-info up to date ....
Thanks udah kunjungin blog-ku!